Artikel Terbaru :

Upaya Pemurtadan yang Jenius

Sebelumnya maaf, ini saya mencoba menceritakan kejadian yang benar-benar saya alami sendiri. Kala itu hari Sabtu siang, karena kerja pulang cepat dan telah ada janjian di daerah Kranji (Bekasi) dengan teman waktu kuliah. Waktu janjiannya masih lama, saya mampir terlebih dulu ke sebuah masjid untuk melakukan ibadah shalat Ashar.

Setiba di masjid saya melihat ada seorang pria tua dengan pakaian terlihat seperti dari daerah atau kampung sedang berbicara dengan 4 (empat) anak SMA di teras masjid. Tak tahu apa yang mereka obrolkan. Saya pun tidak menghiraukan mereka dan langsung bergegas mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat Azhar.

Begitu shalat selesai, saya keluar dan akan memakai sepatu, namun karena letak sepatu saya yang tidak berjauhan dengan posisi mereka berbincang-bincang saya pun sedikit mendengar yang mereka perbincangkan. Satu kata yang terdengar oleh saya waktu itu kata "murtad". Dan sepertinya bapak ini mengetahui kehadiran dan menceritakan kejadian yang dialaminya tanpa meminta persetujuan saya mau mendengar atau tidak.

Awalnya saya mengira ini orang penipu atau apalah, biasa rupa-rupa orang di Jakarta yang mencoba mengharapkan belas kasihan orang. Saya coba menyelidik dari apa yang dia ceritakan, yiatu tempat kejadian dan jalan yang dilalui si bapak ini benar tidak mengada-ada (faktanya ada banyak jembatan dan terdapat sebuah g*****).  Lumayan jauh si bapak ini berjalan kaki dari daerah tersebut sampai ke Kranji. Setelah sedikit bercerita dan kelihatannya si bapak ini belum makan dari tadi pagi, maka saya ajak ke makan pecel lele tepat di depan masjid. Saya pesan makan dua porsi kebetulan saya juga belum makan.

Cerita sebelumnya seperti ini, sebut saja namanya Anwar (nama samaran). Dia diajak teman kampung untuk kerja di kota, temannya ini panggil saja si Rohim (nama samaran) dengan tawaran yang mengiurkan tentunya Anwar mau mengikuti ajakan Rohim. Pekerjaan Anwar sebelum menarik becak di Terminal Pekalongan. Sesampai di tempat kerja Anwar kaget kenapa dibawa ke sebuah gereja. Pekerjaan awalnya hanya di minta untuk membersihkan gereja tersebut dengan imbalan 3jtan, cukup besar bagi karyawan OB.

Di suatu tengah malam, Anwar diminta untuk mandi dan meminum air suci. Karena Anwar merasa ada yang janggal dia tidak mau minum air tersebut. Tujuan dia diperintah seperti itu untuk mengikuti ritual masuk ke agamanya. Anwar punya keyakinan kuat yang telah tertanam ke dalam lubuk hatinya. Sehingga dia menolak keras perintah tersebut. Pagi harinya, Anwar memutuskan untuk pulang, namun temannya ini malah menakut-nakuti dan tidak memberi pinjam uang. Karena Rohim telah tahu watak si Anwar ini, Rohim pun pasrah dan dia hanya memberikan hp siemens c50 dengan harapan apabila tersesat di Kota dan tidak bisa pulang akan meminta bantuan.

Dari sinilah perjalan Anwar bermula, dia punya keyakinan akan meminta tumpangan kepada sopir untuk bisa membawa kembali ke Pekalongan. Dia berjalan kaki, dan bertanya jalan ke Pulo Gadung. Nah, saat sampai di Kranji bertemulah dengan saya. Dia tidak menyangka teman sekampungnya bahkan teman bermain dan satu pesantrennya dulu kini telah berpindah agama. Kepindahan agamanya pun tidak diketahui oleh tetangganya di kampung begitu juga istri dan anaknya. Kalau pulang kampung Rohim masih ke masjid namun, ketika di minta untuk adzan dia selalu menolak padahal dia dahulu adalah seorang muadzin.

Satu poin yang perlu dicermati, kenapa mereka memilih lulusan pesantren untuk di murtadkan. Karena imannya sudah kuat namun ketika mampu digoyahkan dan mampu dimurtadkan akan lebih kuat lagi imannya kepada agamanya yang baru. Sehingga dapat menjadi pendakwah baru bagi mereka. Itulah alasannya kenapa mereka juga menyasar para alumni pondok.

Karena, waktu sudah hampir sore dan saya harus ketemu dengan teman, maka Pak Anwar saya minta untuk kembali menunggu di Masjid dan nanti saya jemput lagi dan akan saya antar ke Pulo Gadung.
Saya dan teman janjian di Pempek Gebi deket stasiun Kranji. Setelah selasai....